Pilih Laman

Rabu, 27 Juli 2016 | teraSeni ~

Marcel Marceau, seorang aktor pantomim - teraSeni
Marcel Marceau, seorang aktor pantomim
asal Prancis, yang merupakan salah seorang
pantomimer paling terkenal abad 20
(Sumber: https://www.tz.de)

Belakangan ini, pantomim semakin digemari anak muda dan anak-anak sekolah di negeri ini. Apalagi, karena kini semakin banyak saja kompetisi pantomim untuk berbagai kelompok usia, baik yang diselenggarakan oleh dinas dan kementrian pendidikan, maupun swasta. Namun bagaimanakah pantomim bisa menjadi bentuk tontonan populer seperti sekarang ini? Apakah yang demikian menarik hati dari bentuk tontonan yang mencampurkan antara kisah, tari, lelucon dan musik ini?

Kisah pantomim semula adalah kisah tentang petarungan antara yang baik melawan yang jahat, di mana terdapat harapan kemenangan bagi yang benar, setelah berbagai kesulitan dan bahaya yang dilaluinya. Kisah-kisah ini berakar dalam cerita Yunani kuno, yang kemudian berlanjut ke gedung-gedung pertunjukan Romawi, hingga akhirnya berkembang di Italia, Perancis, dan akhirnya di Inggris.

Cikal bakal pantomim konon sudah ada di Yunani Kuno sejak tahun 600 SM, di mana terdapat aktor yang menampilkan adegan konyol atau komikal dengan hanya menggunakan gerak tubuh saja. Di masa Romawi Klasik terdapat pula pertunjukan yang hanya disampaikan melalui tari dan lagu. Bentuk awal pantomim ini dinamakan phlyake, yakni pertunjukan peran jenaka yang mengangkat tema kehidupan sehari-hari. Para pemeran dalam pertunjukan ini umumnya mengenakan kostum yang ganjil dan menarik perhatian serta mengenakan topeng.

Singkat cerita, pantomim adalah bentuk pertama sekaligus ajaib dari seni teater. Pantomim seperti yang kita kenal sekarang pertama kali berkembang di Inggris. Namun dasar bentuknya bermula dari sebuah tradisi teater yang mengandalkan improvisasi yang berkembang di Italia, bernama Commedia dell’Arte. Commedia dell’Arte adalah bentuk pementasan yang digelar di jalan-jalan dan di pasar-pasar. Secara bentuk, Commedia adalah bentuk seni yang sederhana, serbaguna, dan populer, di mana para aktor mengenakan topeng yang membuat penonton dengan mudah bisa segera mengenali karakter yang dimainkan, yang memungkinkan aktor untuk membuat lelucon tanpa takut malu.

Perjalanan dari satu tempat ke tempat lain mengantarkan Commedia ke seluruh Eropa, sehingga dramawan seperti Shakespeare (Inggris) dan Moliere (Prancis) kemudian tertarik pada karakter dan tradisi Commedia. Peran kunci yang selalu ada dalam Commedia biasanya adalah: (1) orang tua (vecchi)  pemuda (inamorati), dan pelayan (zanni).

Orang tua (vecchi)  biasanya digambarkan sebagai seorang dokter yang menjual obat palsu, sarjana yang pengecut, seorang tua yang sia-sia mengejar wanita yang lebih muda, atau seorang Kapten yang sombong dengan catatan perang palsu. Sementara itu, pemuda biasanya adalah kekasih seorang gadis yang oleh orang tuanya dipaksa menikah dengan seorang pria tua kaya. Dalam banyak cerita commedia, biasanya pelayan bisa lebih pintar dan mampu memperdaya tuan mereka. Pesannya sederhana, bahwa orang kecil belum tentu juga lebih bodoh dari orang-orang besar.

Dari Commedia, pantomim lalu berkembang di Inggris. Seorang pria bernama John Rich,  memainkan peran kunci dalam munculnya pantomim. John Rich adalah seorang penari, pemain akrobat dan sekaligus seniman mime. Di sekitar tahun 1720-an ia mengelola sebuah gedung teater di Lincoln Inn Fields. Di sanalah ia menciptakan sejenis  hiburan baru dengan menampilkan petualangan Harlequin dan Columbine, para tokoh pelayan dalam Commedia.

Tokoh Harlequin ini ternyata menyenangkan luar biasa bagi penonton. Pertunjukan John Rich berkembang menjadi tontonan spektakuler tapi juga mengundang kontroversi besar. Kritik pedas dialamatkan kepada John Rich, karena dianggap mengembangkan hiburan asing dan mengancam nama besar Shakespeare dan teater serius. Namun John Rich mendapatkan dukungan David Garrick, seorang manager teater pada masa itu, yang menyadari potensi komersial dari bentuk tontonan yang baru muncul ini. David Garrick-lah yang kemudian menciptakan  konvensi pantomin yang  bertahan sampai hari ini.

Memasuki akhir abad ke-18, muncullah badut modern melalui kreativitas Joseph Grimaldi, yang dianggap menjadi penemu berbagai lelucon pantomim paling terkenal, misalnya adegan tergelincir, lari ketakutan, dan lain-lain.  Joseph Grimaldi menjadi badut modern karena menggambarkan tokoh-tokoh dari kehidupan perkotaan. Ia mengubah tradisi badut dengan mengenakan kostum baru, menggantikan badut yang biasanya tampil bodoh, dengan karakter berwajah putih dan pipi merah, bercelana longgar, dengan tubuh dan wajah yang elastis dan ekspresif. Kesan wajah pantomimer masakini, sebenarnya berasal dari gaya Joseph Grimaldi ini.

Joseph Grimaldi kemudian menjadi salah satu karakter paling terkenal di London pada masanya. Penonton sangat senang dengan kenakalannya dan mereka menontonnya tanpa henti justru karena ia menciptakan di atas panggung fantasi tentang sebuah dunia yang berbeda: sebuah dunia tanpa kelaparan, dunia balas dendam komik terhadap penguasa yang sangat menindas.  Joseph Grimaldi menjadi salah satu satiris besar pada zamannya, seorang badut yang tidak saja menghibur tapi juga mampu memberikan komentar cerdas dan menggelikan terhadap perkembangan fashion, teknologi, transportasi, bahkan politik .

Pada akhir abad ke-19, wajah pantomim berubah. Seorang tokoh bernama Dan Leno menampilkan karakter baru, yang jauh dari gambaran badut sebelumnya. Ia menampilkan tokoh bintang tak terduga, yakni seorang ibu yang letih, lesu, sedikit bergosip, dan berjuang untuk mengatasi dunia yang mulai tidak ramah. Pantomim berubah arah ke sekitar kisah keluarga yang yang aneh. Dan Leno adalah pemain musik terkenal yang menciptakan karakter yang dinamakan “Dames” ini, yakni wanita kelas pekerja yang cerewet.

Tokoh “Dames” sebenarnya telah lama ada dalam tradisi pantomim, tapi mereka biasanya dipandang  hanya sebagai karakter konyol. Hal inilah yang diubah oleh Dan Reno menjadi karakter-karakter utama. Pada tahun 1880-an, Leno mulai memainkan peran seperti Ratu atau Janda. Perlahan-lahan, ia mulai menciptakan “Dame” yaitu seorang ibu yang menghadapi masalah kemiskinan, pengangguran dan ditinggalkan.

Dan Leno, pria kecil kurus, dengan wajah sayu dan suara serak, dan dikatakan memiliki ‘mata paling menyedihkan di dunia’ memunculkan persoalan absurditas hidup dalam pantomim. Dan Leno mulai memberi kesadaran  tentang berpadunya antara simpati dan tawa dalam pantomim. Ia memunculkan karakter perempuan yang hidup di dunia yang kacau balau dan penuh bencana. Dan Leno dengan tokoh-tokoh “Dame”-nya, bermain pantomim dengan irama yang menggugah, kadang berbicara obrolan ngawur seperti layaknya orang berbicara sehari-hari, tetapi pada saat yang sama, ia memberi pantomim plot dan tema-tema yang lebih dekat dengan budaya hidup sehari-hari, terutama dengan kenyataan hidup kelas pekerja.

Nah, bagaimanakah pantomim hari ini jika dibandingkan dengan tradisi pantomim yang dibangun John Rich, Joseph Grimaldi, dan Dan Reno itu?