Pilih Laman

Minggu, 2 Oktober 2016 | teraSeni~

Sirine berbunyi dari megaphone yang dipegang seorang laki-laki yang mondar mandir di area pementasan. Laki-laki tersebut bertanya pada penonton “Apakah sudah posting hari ini?” dan diakhiri dengan kalimat “Saya permisi dulu, mau ke kamar mandi”. Musik cadas kemudian menggema yang diikuti oleh seorang pemain yang hanya memakai handuk. Dia berdialog tentang kebersihan dan kesehatan. Sambil menggosok gigi, dia terus berdialog, sehingga terkesan hanya bunyi kumur-kumur saja.

  Teater Kamar Mandi Kita - teraSeni
Adegan Pembuka dalam
Pertunjukan Teater Kamar Mandi Kita,
sutradara Yusril
(Foto: Deni Cidaik)

Dari sini peristiwa demi peristiwa berhamburan di arena pentas. Itulah awal mula pementasan teater yang berjudul “Kamar Mandi Kita” karya/sutradara Yusril yang berdurasi sekitar satu jam lebih lima menit. Pementasan ini dilaksanakan di halaman depan kafe DW ISI Padangpanjang pada tanggal 21 September 2016 mulai pukul 20.30 WIB, dan di Taman Budaya Sumatera Padang, tanggal 23 September 2016 malam dalam rangka Padang Art Festival 2016.

Banyak hal yang ingin diutarakan oleh Yusril dalam karyanya ini. Bermula dengan keinginan untuk membersihkan diri secara fisik, bahwa manusia perlu mandi dan gosok gigi. Fisik bersih belum tentu menandakan mental bersih. Kata “cuci tangan” tidak lagi membersihkan tangan secara fisik, namun menjadi metafora bagi orang-orang yang lari dari tanggung jawab. “Dari pada tanggung basah, lebih baik mandi sekalian” (kalimat ini tidak ada dalam pementasan ini) merupakan tujuan bahwa jangan tanggung-tanggung dalam melakukan suatu.

Teks verbal memang sedikit dalam pementasan ini, namun pengertiannya bisa lebih luas. Bahasa mempunyai kemungkinan tak terbatas, yang menjadi substratum bagi teks-teks aktual. Kata-kata dapat pula dianggap sebagai suatu sarana yang membuat seluruh evaluasi historis bahasa dan aneka praktik penandaan. Seluruh kemungkinan yang dimiliki oleh bahasa di masa lampau, sekarang, dan masa yang akan datang. Teks bahasa tersebut kemudian tertimbun dan tenggelam di dalam tubuh aktor. Tubuh aktor adalah teks aktual yang bersumber dari kata-kata. Tubuh aktor meliputi seluruh fenomena dan ciri-ciri yang dimiliki oleh struktur bahasa, kaidah-kaidah genre, bentuk melismatik yang terkode, idiolek sutradara, dan gaya interpretasi. Singkatnya, segala sesuatu di dalam tubuh aktor yang berfungsi untuk komunikasi, representasi, dan ekspresi; segala sesuatu yang dapat diperbincangkan, yang membentuk jejalin nilai-nilai budaya, yang secara langsung berhubungan dengan alibi-alibi ideologis di suatu zaman.

Teater Kamar Mandi Kita - teraSeni
Salah seorang pemain  
Kamar Mandi Kita, Sutradara: Yusril
mengeksplorasi ember plastik
(Foto: Denny Cidaik)

Yusril, dengan ciri khasnya mencoba membongkar perilaku manusia dengan idiom-idiom yang bermakna tak terbatas. Semua properti adalah berbahan plastik yang menandakan bahwa dunia sekarang sudah dipenuhi kepura-puraan. Tidak ada lagi yang asli, semuanya hanya imitasi. Semua yang imitasi tersebut saling berhubungan yang diungkapkan melalui gerakan  tubuh/anggota tubuh atau melalui permainan anggota tubuh seperti gerakan tangan, kepala, ekspresi wajah dan sebagainya. Ember, kloset, dan alat komunikasi bisa menyatu dengan gerakan tubuh/anggota tubuh serta ekspresi wajah. Di dalamnya terkandung makna power dan solidarity yang mengimplikasikan kedekatan dan ketidakdekatan hubungan properti dengan tubuh aktor.

Kode (ruang) merupakan medium utama untuk menunjukkan ideologi. Untuk ini, arena pantas (outdoor) dengan segala properti menjadi ilustrasi yang dapat diamati secara leluasa. Hal ini bisa dilihat pada aktor yang menggunakan kloset sebagai properti. Penempatan kloset, minuman, makanan, alat komunikasi dan sebagainya menggambarkan makna yang bernuansa ideologis  power dan solidarity  dalam kaitannya dengan kebohongan-kebohongan yang dimiliki media publik. Orang yang duduk mencangkung di kloset memiliki otoritas sikap yang berlawanan dengan aktor—aktor lainnya. Masing-masingnya memiliki power dan solidarity yang sama atau berbeda yang tidak lagi perlu diungkapkan dengan kata-kata.

Karya ini juga mengungkap kehidupan suatu kelompok sosial yang memerlukan penanda kelompok. Kebutuhan akan air dan mandi merupakan kebutuhan kelompok masyarakat. Semua pemain (terutama perempuan) memakai pakaian mandi (handuk). Penanda tersebut akan menunjukkan identitas, kepaduan dan yang membedakan dari kelompok lain. Sistem tanda yang menjadi penanda itu membawa makna sosial yang begitu penting. Makna yang dikomunikasikan melalui sistem tanda itu  mengandung ideologi kelompok yang bersangkutan. Kebutuhan akan air dan kebutuhan akan kebersihan menjadi fenomena tertentu. Fenomena seperti itu lebih dikenal dengan istilah gaya (style).

Teater Kamar Mandi Kita - teraSeni
Salah satu adegan
dalam Kamar Mandi Kita, Sutradara: Yusril
(Foto: Denny Cidaik)

Kecenderungan Yusri memakai gerak koreografi pada saat-saat tertentu terasa kurang menggigit. Gerak tersebut terlalu indah untuk mengungkap makna pemberontakan terhadap kondisi sosial bangsa ini. Perbedaan status sosial dalam masyarakat dapat ditandai dari berbagai tataran bahasa verbal dan nonverbal sang aktor. Namun, perbedaan  yang cukup menonjol terletak pada sistem bunyi yang pada hakekatnya melahirkan aksen. Sebagai contoh, pada nada dering hp., menunjukkan perbedaan realitas antara masyarakat kelas atas dengan masyaraat kelas bawah. Masyarakat kelas atas nada dering tersebut menjadi indah, namun pada masyarakat kelas bawah menjadi mengganggu. Setiap kelompok yang berbeda dalam masyarakat memiliki gaya tersendiri. Apakah suatu kelompok berstatus tinggi, terbuka, tertutup, berstatus rendah, semuanya dapat diamati dari sistem tanda yang dimilikinya.

Pementasan teater “Kamar Mandi Kita” karya/sutradar Yusril ini juga bisa dilihat sebagai alat kontrol dapat diamati pada berbagai tindak komunikasi baik melalui media atau bentuk komunikasi lainnya. Seperti suara berita dari speaker pemusik yang saling berhimpitan atau bisa juga sebuah head-line surat kabar yang dibacakan, menjadi modal dalam bentuk pengontrolan yang berwujud kontradiksi, kritik, pendeskreditan, sindiran dan sebagainya. Pengontrolan dapat berasal dari tubuh aktor atau dari penonton. Kemudian, bila pengalaman personal berkonflik dengan kebenaran yang valid secara sosial, akibatnya mungkin tidak saja penggunaan pikiran secara paksa, tetapi sistem akan berantakan.

Teater Kamar Mandi Kita, Sutradara Yusril- teraSeni
Adegan toilet
dalam Kamar Mandi Kita, Sutradara: Yusril
(Foto: Denny Cidaik)

Pada akhirnya Yusril menggunakan bahasa tubuh dan ditambah dengan bahasa verbal yang ditransformasikan untuk melahirkan interpretasi yang beragam. Secara sederhana, Yusril membat peritiwa yang tidak luput dari proses transformasi mulai dari awal sampai ke teks yang sudah jadi (pementasan). Materi draft tidak muncul begitu saja. Materinya bisa bersumberkan dari teks lain, dicatat melalui footnote, rujukan dan lain sebagainya. Dengan demikian, teks yang sudah jadi itu sebenarnya sudah melalui transformasi yang bersifat material. Melalui transformasi, kita menerka, mengkonstruksi, sehingga muncul suatu produk baru. Proses transformasi yang bersifat materi ini juga terjadi pada tanda  dalam sebuah teks pementasan atau pesan dalam sebuah kode dalam tubuh aktor. Setiap tindak pembacaan kode selalu melibatkan proses transformasi.

Pada akhir pementasan ini Yusril seperti berharap bahwa manusia memerlukan air untuk membersihkan diri, minum, dan juga kebutuhan lainnya. Manusia tidak bisa bersikap individual saja namun juga sosial. Kemudian muncul lagi laki-laki yang gosok gigi dengan kalimat “bersih itu sehat, sehat itu bersih”.

(Dimuat Harian Padang Ekspres, Edisi Minggu, 25 September 2016)