Pilih Laman

Senin, 27 Februari 2017 | teraSeni.com~

Tahun 2016 telah berlalu, sebenarnya banyak sekali yang terjadi dan dapat dicatat pada tahun kemarin, semisal: reshuffle kabinet yang cukup mengagetkan; kematian Mirna karena sidang kopi sianida yang tak kunjung selesai; prahara bom di jalan Sarinah Jakarta yang mengancam pertahanan dan keamanan; ataupun kasus Dimas Kanjeng dengan penggandaan yang di luar akal sehat. Namun tidak hanya mencatat berbagai kejadian yang mempengaruhi konstelasi politik ataupun sosial yang terjadi, tahun 2016 turut mencatat pelbagai perkembangan musik di Indonesia, seperti: Jerinx, drummer band Superman is Dead yang meluncurkan JRX TV; Eross Chandra yang merilis album solo yang berisikan musik instrumental berjudul Forbidden Knowledge; band death metal Deadsquad dengan rilisan baru berjudul Tyranation, hingga single lagu dari penyanyi anyaran, Awkarin dan Young Lex yang menyita ‘perhatian’. Sederhananya, semua musisi berkontestasi dalam merajut benang-benang eksistensi mereka dengan caranya masing-masing.

Maka itu, sudah barang tentu akan sulit dipastikan jika dilakukan pendataan atas berapa jumlah musisi atau berapa jumlah pertunjukan di setiap tahunnya. Terlebih pentas musik tidak hanya diciptakan untuk lingkup masyarakat luas, melainkan juga dapat diciptakan untuk lingkup kecil, seperti komunitas atau individu sekalipun. Tidak hanya itu, pengelompokan segala pergelaran musik seyogianya tidak hanya mendata pertunjukan megah ala orkestra, tetapi turut mencatat pentas sederhana ala band indie, dan panggung minimalis dangdut ‘khitanan’. Terbetik dari hal tersebut, ada beberapa elemen dari musik yang menentukan dapat kita tangkap, seperti adanya beragam interpretasi musikal yang menghasilkan banyak genre; pelbagai produk dan jenis kualitas musik; hingga performativitas dari musisi tertaut; serta perihal lainnya. Setidaknya hal tersebutlah yang membuat musik mempunyai kompleksitas yang berlapis.

Sebagai sebuah ilustrasi adalah perilaku konsumen yang protes jika sekelompok musisi mempunyai kualitas baik di dalam cakram padat tetapi berkebalikan ketika dipertunjukan secara langsung. Ini mengejawantahkan bahwa musik tidak hanya didengarkan melaui pemutar musik manual, semacam mp3 player, ipod, cd portable, walkman, dan sebagainya; serta pemutar musik online, semacam Spotify, Joox Music, Sound Cloud, Mixcloud, NCS Music, Deezer, Apple Music, Amazon Music, Google Play Music, Pandora, dan lainnya, melainkan pendengar hingga penggemar ingin mengalami pengalaman menyaksikan pertunjukan musisi idola secara langsung. Membuktikan bahwa apa yang disukainya adalah nyata, baik secara wujud—tubuh dan pencitraan musisi—, ataupun nirwujud—kualitas suara dan performativitas. Berawal dari hal tersebutlah maka saya merasa sulit ketika menentukan 10 musik terbaik atas permintaan redaktur teraseni.com. Alih-alih hanya sebagai apologi, dalam hal ini saya justru menawarkan sebuah cara pandang untuk melihat pergelaran musik dari peristiwa yang terbangun ketika musik tersebut dipertunjukkan.

Pertanyaan selanjutnya, mengapa peristiwa begitu penting untuk pertunjukan musik? Karena jika dipertunjukan pun sebuah pergelaran musik sudah menjadi peristiwa? Peristiwa semacam apa lantas yang ingin diwujudkan? Merujuk St. Sunardi  (selanjutnya akan dipanggil Pak Nardi), “tanpa menjadi peristiwa, seni bisa menjadi rutinitas yang membosankan.” Pak Nardi pun menyadari, maka ia menautkan peristiwa yang dimaksud dengan gagasan Lacan tentang seni sebagai sublimasi. Lanjut Pak Nardi:

“…karena dalam perkembangan subyek, peristiwa sublimasi adalah peristiwa penting sekaligus krusial.. Sublimasi bisa disebut peristiwa terpenting dalam perkembangan subyek karena dalam sublimasi orang menciptakan penanda-penanda baru dari ketiadaan (ex nihilo)—penanda-penanda yang tidak sekadar diderivasi dari penanda utama yang sudah ada (atau metafora paternal).. Seni menjadi peristiwa justru karena seni bisa melahirkan penanda baru ketika orang berhadapan dengan kemustahilan dalam mencapai infinite jouissance.”

Sederhananya, Pak Nardi menautkan bahwa peristiwa seni dapat melahirkan penanda baru, yang tentu berasal dengan tekstual karya. Melanjutkan pernyataannya, Pak Nardi menyatakan bahwa:

[Dalam telaah Lacan] lewat seni orang bisa melakukan sublimasi, dengan kembali pada seni itu sendiri kita bisa mencapai jouissance dan bukan hanya diputar-putar dalam infernal circuit of demand yang justru membuat orang frustrasi. Kembali kepada karya seni itu sendiri berarti bersentuhan dengan seni sampai kita trance dan bukan hanya sok mencari makna.

Jadi jika anda datang ke sebuah pergelaran, dan seolah-olah anda hanya diminta mencari makna tanpa adanya estetika yang terkandung di dalam karya, maka anda sah saja meninggalkan tempat pertunjukan. Estetika lah yang membedakan seni dengan pengetahuan dan agama. Secara lebih lanjut, peristiwa seni bagi Pak Nardi harus memberikan “penanda baru” di benak individu, hasil dari perpaduan karya yang estetis dan bermakna. Pernyataan senada yang ditekankan oleh scholar tari, Sal Murgiyanto dalam sebuah perbincangan  bahwa, sebuah pertunjukan dapat dikatakan pertunjukan seni jika tidak hanya menyimpan makna tetapi mempunyai daya estetis. Yang Bruner dan Turner bahasakan sebagai heightened experience—sebuah pengalaman yang tersangatkan atau terebihkan.

Hal ini yang kerap luput oleh para penampil pertunjukan secara umum, dan musik secara khusus; di mana memberikan sebuah peristiwa yang teralami, baik pemusik, dan juga untuk penonton. Bertolak dari hal inilah, saya akan menautkan 10 pergelaran yang telah memberikan peristiwa ‘lebih’ kepada penontonnya. Sepuluh peristiwa tersebut pun dilakukan tanpa parameter tegas akan teknis, seperti jenis ruang pertunjukan yang terbuka atau tertutup, hingga kota di mana pertunjukan dipergelarkan, dan sebagainya, melainkan sejauh mana pergelaran tersebut menjadi sebuah ‘peristiwa’. Sedangkan sumber pencarian menggunakan dua cara, yakni menggunakan data primer—yakni empiris saya—, serta data sekunder—dari review atau youtube.com. Kendati subjektif, namun 10 peristiwa musik akan disandingkan dengan argumen pemilihan, sehingga anda bisa pahami atas pilihan peristiwa musik terbaik tahun 2016 lalu. Selamat mengalami.

Di bawah ini terdapat 10 peristiwa menarik dari pergelaran musik dengan jenis urutan dari angka besar ke kecil. Urutan tersebut menunjukan kualitas peristiwa yang bertingkat, di mana semakin baik peristiwa mengisi di nomor kecil.

10. Djakarta Warehouse Project – Pesta Musik Elektronik
Akhir tahun 2016, dunia permusikan elektronik di Jakarta dibuat heboh. Pasalnya sejumlah 26 musisi Internasional memeriahkan acara Djakarta Warehouse Project. Dihelat di penghujung tahun, 9 dan 10 Desember 2016, acara ini menampilkan beragam gaya yang dipunya oleh banyak musisi elektronik, di antaranya: Zedd, Alan Walker, Carl Cox, Dj Snake, dan masih banyak lainnya. Dihelat di JIEXPO Kemayoran, Jakarta, konon acara tersebut menjadi acara ‘pesta’ musik elektronik terbesar di Asia Tenggara.

Mungkin anda akan cukup kaget mengapa musik elektronik semacam ini justru membuka peristiwa musik yang menarik untuk dibahas. Dalam hal ini, salah satu alasan mengapa jenis musik ini masuk dalam kategori ‘memberikan pengalaman’ adalah karena kecenderungan masyarakat urban atas musik elektronik memang lebih lekat ketimbang musik tradisional atau musik pop lainnya. Salah satu hal yang paling mudah dilihat adalah telah merambahnya genre musik ini pada ajang pencarian bakat—sebagai produk populer televisi. The Remix, yang disiarkan Net.Tv telah beberapa kali menghelat ajang tersebut dengan mengedepankan kualitas musik elektronik para generasi ke depan.

10 Peristiwa Musik 2016 - teraSeni.com
Suasana Pergelaran
Djakarta Warehouse Project –
Pesta Musik Elektronik 2016
(Sumber Foto: www.tabloidbintang.com)

Dalam pertunjukannya di Kemayoran, penonton hanya disajikan seorang DJ atau pelaku musik elektronik yang berdiri di tengah panggung, dengan format pertunjukan ala konser, para penonton berdiri memenuhi ruang terbuka yang sangat luas. Herannya penonton berbondong-bondong mendatangi dan memenuhi acara tersebut. Tidak hanya datang dan menyaksikan, mereka mengalami pertunjukan secara langsung. Tidak memandang posisi Dj berada, melainkan asyik bergerak mengikuti suara, kerap dengan mata terpejam. Ketika Zedd memainkan musik elektroniknya, para penonton bergerak tidak serupa, namun seirama, mereka menikmati musiknya. Peluh keringat berhamburan, namun mereka bukan melakukan olahraga, melainkan berekspresi melalui karya seni.

Selain itu, pergelaran tersebut menjadi peristiwa karena mereka tidak memainkannya di ruang tertutup dengan orang yang terbatas, melainkan di ruang terbuka dengan sebarapa pun jumlahnya. Sebuah penanda yang berbeda dari kebanyakan kegiatan serupa pada masyarakat urban. Pengalaman kolektif ini tentu menjadi peristiwa untuk masyarakat urban, entah dengan maksud melepaskan penat ataupun menjadi kebiasaan baru, namun mereka menyadari musik elektronik dapat menghantarkan mereka pada satu titik tertentu.

9. The Legends Superheroes – Trust Orchestra
Trinity Youth Symphony Orchestra (TRUST) Orchestra adalah orkestra muda-mudi nonprofit asal Indonesia. Dengan basis musik Barat, orkestra ini menginterpretasikan beragam musik dengan nuansa orkestra. Setelah sukses dengan showcase dan unjuk giginya di Indonesia Orchestra and Ensemble Festival. Sebuah festival pertama yang menghadirkan orkestra ternama di Taman Ismail Marzuki, 3 September silam. Trust kembali menghelat konser bertajuk The Legends Superheroes sebulan setelahnya. Sejumlah empat belas lagu dipersiapkan, dua di antaranya adalah lagu Indonesia.

10 Peristiwa Musik 2016 - teraSeni.com
Salah Satu Penampilan
dalam The Legends Superheroes
 – Trust Orchestra
(Sumber Foto: www.merdeka.com)

Trust Orchestra telah memberikan pengalaman musikal yang mendalam bagi orang dewasa untuk kembali ke masa lalu-nya, juga memberikan pengalaman musik klasik dengan lagu yang acap anak-anak dengar. Tentu hal ini telah menjadi peristiwa, di mana musik tidak hanya menjadi media dengar, namun penanda baru dalam kehidupan, bisa diposisikan sebagai seleberasi atau sebaliknya refleksi untuk para penonton. Tidak hanya itu, atas dasar pengalaman yang sebelumnya dipunya oleh orang dewasa yang menonton, maka musik tersebut tetap memberikan makna dengan kemasan dan estetik yang berbeda.

8. Pangkur – Gelar Konser Karawitan
Di Yogyakarta, acara gamelan diselenggarakan rutin, mulai dari level kampus, hingga level internasional sekalipun. Di tahun 2016 turut tercatat beberapa acara gamelan yang tidak kalah menarik, di antaranya adalah Yogya Gamelan Festival, hingga acara pentas akhir mahasiswa ISI, IKJ, hingga ISBI. Semua kegiatan yang mempertunjukan gamelan memang sangat menarik, pasalnya hanya dengan mendengarkan musik kita dapat membayangkan kebudayaan yang adiluhung.

10 Peristiwa Musik 2016 - teraSeni.com
Poster Konser Jagad Pangkur
(Sumber: www.artmusictoday.org)

Namun salah satu alasan mengapa Pangkur yang saya catat sebagai peristiwa menarik adalah terfokusnya pada tema yang diangkat, yakni pangkur. Salah satu elemen dari musikalitas gamelan. Alih-alih hanya merekonstruksi pangkur sebagaimana mesti dan aslinya, dalam acara tersebut justru mempercayakan tiga ‘komposer’ muda untuk menginterpretasikan pangkur itu sendiri. Dan terbukti, tiga interpretasi berbeda yang dimiliki masing-masing ‘komposer’ membuat keberagaman karya dengan kreativitas yang juga berbeda. Dalam hal ini peristiwa yang diwujudkan memang bukan menakar wajah baru ‘komposer’ gamelan, melainkan sejauh mana kreativitas yang beragam gaya dapat dibangun untuk menyikapi tradisi dengan tafsir kekinian. Dari tiga kreativitas yang berbeda, rasanya penonton diberikan suguhan peristiwa yang bermacam-macam untuk kembali mengenali pangkur, dan menjiwainya sebagai laku masyarakat.

7. Celebration Concert – Nusantara Symphony Orchestra
Acara tersebut dihelat pada November setahun silam bertempat di Ciputra Artpreneur. Dipimpin oleh Hikotaro Yazaki, permainan orkestra dari Nusantara Symphony Orchestra berlangsung dengan sangat baik. Beberapa penyanyi seperti Aning Katamsi, Harland Hutabarat dapat bersinergi dengan paduan suara Cordana dan Nusantara Choir. Salah satu karya yang menawan para pendengar adalah karya Mozart, K.299. Dan seperti biasa beberapa lagu berisikan medley dari lagu-lagu Natal.

10 Peristiwa Musik 2016 - teraSeni.com
Pertunjukan Celebration Concert
Nusantara Symphony Orchestra
(Sumber Foto: www.ciputraartpreneur.com)

Kendati momen tertaut turut merujuk pada hari besar agama tertentu, namun maksud dari perayaan akan agama tertentu turut dihindari. Terlebih tema utama adalah Celebration Concert. Salah satu alasan mengapa konser tersebut memberikan sebuah pengalaman yang mengandung peristiwa adalah kejelasan material musik, tertaut pada tingkah laku masyarakat, serta konsep penggarapan musik tersebut. Makna hari raya natal di malam itu seakan berderu cepat di konser tersebut. Tidak hanya itu, makna akhir tahun turut terasa manis mereka pertunjukan. Buktinya adalah penonton pulang dengan sumeringah dan senang. Mereka seakan tercerahkan dengan alunan musik yang diberikan. Tentu dengan terciptanya nuansa tertentu yang justru terbangun karena satu hal, yakni musik.

6. Kawara Musik No Genteng Ongaku – Gardika Gigih, Welly Hendratmoko, Makoto Nomura, dkk
Sebuah karya eksplorasi musikal atas hasil kerja kolaborasi digelar dengan tajuk Kawaru Musik no Genteng Ongaku di Tembu Rumah budaya. Alih-alih hanya mempergelarkan sebuah presentasi musik hasil kolaborasi, material dari musik pun cukup menarik, yakni genteng. Ya dengan genteng lintas negara, alunan musik mulai diciptakan. Welly dengan basis musik Jawa dan Gigih dengan basis musik Barat-nya berkerjasama membuat harmonisasi dengan para musisi Jepang. Proses lintas budaya ini cukup menarik untuk disaksikan, di mana kita dapat melihat saling silang musikal yang bernegosiasi di tengah alunan. Genteng yang disusun bernada pun membuat alunan semakin otentik. Pertunjukan musik eksplorasi yang menarik.

10 Peristiwa Musik 2016 - teraSeni.com
Suasana Pertunjukan
Kawara Musik No Genteng Ongaku
(Sumber Foto: www.arsip.tembi.net)

Kendati pertunjukan Kawaru Musik No Genteng Ongaku tidak secara terang-terangan menghasilkan nomor musik yang tegas, karena sifatnya adalah eksplorasi, namun penonton yang datang disajikan sebuah peristiwa mendengar lintas budaya, dan peristiwa mendengar alunan harmonisasi yang berbeda. Alhasil pertunjukan ini tidak semata-mata mencari perbedaan dan nyeleneh, melainkan terkonsep dengan baik, mulai dari material, alasan kontekstual, hingga alunan musikal.

5. Retetet Ndona-Ndona – Jay Afrisando
Di tahun 2016, Jay Afrisando menorehkan cukup banyak karya, salah satu karya pertunjukannya adalah Mode[a]rn. Mode[a]rn cukup menyita perhatian, namun saya lebih menyukai karya dan pertunjukannya yang dihelat di awal tahun 2016, Retetet Ndona-Ndona. Kendati dua karya tersebut renta dengan nuansa eksperimental, serta penciptaan mode suara baru, terlebih Jay adalah musisi Jazz yang acap dengan improvisasi, namun karya Retetet Ndona-Ndona [bagi saya], lebih tegas pada ungkapan musikal yang ingin diperdengarkan.

10 Peristiwa Musik 2016 - teraSeni.com
Jay tampil dalam karyanya
Retetet Ndona-Ndona
(Sumber Foto: www.wartajazz.com)

Bermuara dari suara bleyeran motor, maka Jay bersama tim membuat sebuah pertunjukan yang di luar kebiasaan. Yakni menggunakan teknologi dan memerlukan partisipasi penonton di dalamnya. Penonton diajak menggunakan sebuah aplikasi di ponsel pintarnya yang dapat menyuarakan empat macam suara bleyeran. Alhasil ia menyulam suara-suara bleyeran motor layaknya orkestra menjadi sebuah alunan yang dapat diperdengarkan.

Ide Jay sederhana yakni mengartikulasikan bleyeran motor yang kerap mengganggu dan menunjukannya bahwa suara mengganggu tersebut juga bernada. Tidak hanya itu, penonton diajak berpartisipasi aktif dalam pertunjukan. Selain itu Jay turut mempertunjukan alunan bersama tim-nya dan memainkan beberapa alat musik, seperti: piano, bass, drum, vokal, sebagaimana pola yang tercipta dari bleyeran motor. Hasilnya pun cukup menarik, di mana pola tersebut ditautkan dengan improvisasi dalam musik Jazz. Dalam pertunjukan tersebut, kita dapat menangkap makna yang tersirat dengan sisipan nada estetis yang berbeda di tiap alunannya.

4. Konser Menyanyikan Puisi – Ari Reda
Ari Reda bukan layaknya sebuah band yang menyanyikan barisan lagu pop atau genre yang tersohor lainnya. Hanya terdiri dari dua orang, mereka mensinergiskan alunan gitar dengan vokal. Lagu yang dinyanyikan pun cukup menarik disimak, tidak dengan lirik cinta yang menghamba, melainkan mereka menyanyikan puisi. Lantas apa yang menarik dari menyanyikan puisi? Ari Reda dengan memusikalisasikan puisi justru dapat secara artikulatif membangun nuansa dari puisi semakin mendalam.

10 Peristiwa Musik 2016 - teraSeni.com
Konser Pelucuran Album
Menyanyikan Puisi-Ari Reda
(Sumber Foto: www.muda.kompas.id)

Puisi yang kerap kita tahu hanya dibacakan agar semakin kuat dan tegas pada pesan yang ingin disampaikan, justru mereka lagukan dengan sederhana namun berkarakter. Konser Pelucuran Album Menyanyikan Puisi yang turut diwarnai dengan grup Tetangga Pak Gesang, gitaris Jubing Kristianto, dan sastrawan Sapardi Djoko Damono, seakan meninggalkan pesan mendalam. Lirih menjadi sangat lirih, bahagai menjadi teramat bahagia. Sungguh menyajikan sebuah peristiwa bunyi dan menjadikan puisi semakin menawan.

3. Konser Musik Elektronik – FKY
Sebagaimana FKY—Festival Kesenian Yogyakarta—mempertunjukan pelbagai jenis kesenian dalam waktu satu bulan, pada tahun 2016 acara tersebut mempertunjukan konser musik yang tidak biasa. Adalah Konser Musik Elektronik, sebuah konser yang mempertemukan beberapa musisi elektronik yang eksperimental dan menggabungkannya pada sebuah pertunjukan. Alih-alih hanya memainkan secara bergiliran, pertunjukan digarap layaknya orkestra, dengan dirijen yang mengatur segala sesuatunya di depan para musisi.

10 Peristiwa Musik 2016 - teraSeni.com
Poster Pertunjukan
Konser Musik Elektronik FKY
(Sumber Foto: www.infofky.com)

Mengapa pertunjukan ini menjadi sangat menarik, alasannya sederhana, yakni gelaran FKY yang lazimnya mempertunjukan musik tradisi dan pop, justru memberikan sebuah pertunjukan yang ‘nyeleneh’. Terlebih ketika acara berlangsung, kita dapat melihat wajah ibu-ibu atau siapapun yang baru mendengar musik tersebut, melintas dengan heran. Hal lainnya yang menarik adalah, konser ini tetap mempunyai pola bunyi yang dipegang, sehingga musik yang mereka gabungkan tidak serta-merta spontanitas, namun telah dikonsep dengan cukup baik. Alhasil pertunjukan Konser Musik Elektronik tersebut telah memberikan sebuah peristiwa bagi para penontonnya, baik yang menyukai, ataupun sebaliknya, di mana mengembalikan musik pada bunyi. Selanjutnya bunyi-bunyi tadi diatur sebagai sebuah alunan yang ‘menyenangkan’.

2. Konser Tentang Rasa – Frau
Konser Tentang Rasa merupakan konser tunggal dari musisi Indonesia asal Yogyakarta, Frau yang dihelat di Jakarta pada awal tahun 2016. Delapan hingga lima tahun belakangan ini Frau memang mencuri perhatian dengan lagu-lagu ciptaannya. Berbeda dengan para penyanyi perempuan lainnya, Frau menciptakan karya dan menyanyikannya dengan sebuah piano. Pada konser Tentang Rasa di Gedung Kesenian Jakarta yang dihelat Januari 2016, tidak hanya mempertunjukan alunan musik yang indah dengan artistik yang memukai, Frau turut memperhatikan unsur lain di dalam konser, yakni aroma. Di sepanjang konser, pelbagai macam aroma diciptakan pada beberapa lagu tertentu. Sebuah konsep konser yang sangat jarang dilakukan. Namun dengan ide aroma bukan berarti mengesampingkan karya musik yang dimainkan. Tanpa cela, Frau dapat bermain gemilang.

10 Peristiwa Musik 2016 - teraSeni.com
Suasana Konser
Tentang Rasa-Frau
(Sumber Foto: www.nyoozee.com)

Maka nikmat musik mana yang dapat didustakan, dari konser Tentang Rasa, Frau tidak hanya mengajak penonton menjajaki perisitwa auditif dengan beragam alunan musikal, melainkan mengajak penonton memahami lagu dengan kepekaan indera penciumannya, hidung. Sungguh menjadi peristiwa yang sangat menarik untuk bingkai konser di tahun 2016.

1. Konser Dunia Milik Kita – Dialita
Di urutan pertama peristiwa terbaik adalah konser dari paduan suara wanita, bernama Dialita. Dialita adalah paduan suara yang telah dibungkam 51 tahun lamanya oleh kekuasaan. Mereka dipenjarakan tanpa tuduhan hukum yang jelas. Alhasil dengan nyanyian mereka mengekspresikan perasaan mereka, namun apa daya lagu mereka tidak boleh dipertunjukan di sembarang tempat. Mereka menyebutnya sebagai lagu bisu. Lantas pada hari Kesaktian Pancasila, di bawah pohon beringin yang ditanamkan oleh Soekarno di Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta, mereka kembali bernyanyi. Tidak hanya itu mereka turut membuat album atas nama mereka sendiri. Berkerjasama dengan para musisi muda, mulai dari Danto Sisir Tanah, Frau, hingga Cholil Efek Rumah Kaca, lagu mereka digarap kembali dengan musikalitas yang lebih familiar dengan para kaum muda.

10 Peristiwa Musik 2016 - teraSeni.com
Penampilan Ibu-Ibu dalam
Konser Dunia Milik Kita- Dialita
(Sumber Foto: www.kedaikebun.com)

Di panggung tersebut, ibu-ibu berjumlah 17 orang bernyanyi dengan semangat dan suka cita, ditonton sekitar 200 orang, momen konser tersebut berlangsung sangat emosional. Kerap banyak percakapan dari penonton yang merinding mendengar lagu ketika konser berlangsung. Pun dengan para ibu-ibu paduan suara yang kendati telah berumur menyanyikan lagu demi lagunya dengan semangat membara, layaknya tak ada hari esok. Sungguh menjadi sebuah peristiwa pertunjukan terbaik di tahun 2016.

***
Maka bertolak dari sepuluh pergelaran teresebut, kita dapat melihat saling silang konstektual yang tertaut kuat dengan tekstual lagu. Terlebih peristiwa musik di atas tidak hanya menyimpan konseptual musik semata, namun turut menyimpan representasi perilaku serta terpresentasikan pada nada dan bunyi dari pergelarannya masing-masing. Dan dari kesepuluh peristiwa tersebut turut mempunyai muatan yang tidak hanya sekedar menjadi tontonan sambil lalu, pun juga tidak hanya sekedar ‘nyeleneh’ untuk tampil beda, melainkan memberikan gugusan makna dan pengetahuan baru, serta tidak menafikan bahwa tersimpan estetika yang kuat pada alunan di dalam pertunjukannya. Alhasil dari pergelaran musik sebagai sebuah peristiwa, penonton dan penampil bisa sama-sama mendapatkan sebuah pengalaman yang utuh dan menyeluruh. Mari mengalami![]

Referensi: 
Sunardi, St. 2015. “Seni Sebagai Peristiwa (Evakuasi Subyek)”, dalam Jurnal Kalam edisi 27 tahun 2015.
Simatupang, Lono. 2013. Pergelaran: Sebuah Mozaik Penelitian Seni Budaya. Yogyakarta: Jalasutra.

http://www.teraseni.com/2016/12/pertanyaan-tubuh-catatan-workshop-idf.html